24oct-2020 - Explora el tablero "Esterilla de bambĂș" de Todo de BambĂș, que 120 personas siguen en Pinterest. Ver mĂĄs ideas sobre bambĂș, arquitectura de bambĂș, casas.

*BRB applying for a housing loan* Andry Trysandy Mahany 29 June 2017 1122 Dancing Mountain House is currently known as one of the best settlements in Asia. The residence has also gained an award as the Asian’s best residential project. It was designed by Budi Pradono, an architect who designed Bawen-Salatiga toll road which has been claimed as the most beautiful toll road in the world for its wonderful view. Now, let’s take a look at some facts and pictures of the project. 1. Dancing Mountain House by Budi Pradono was awarded as the best residency in Asia in Arcasia Architecture Awards AAA 2016. 2. Arcasia is Council of Asian Regional Architects, formed by 19 architecture organization in Asia. 3. Arcasia regularly holds architecture congress and awards excellent architects. 4. Dancing Mountain House became the best after putting the role of architecture among the society in its concept and combining modernization with traditions. 5. The residential project was finished in 2014 yet it became a trend again as Salatiga toll road raised its popularity lately. 6. Since Dancing Mountain House does not have blocking, it enables it to create a kinship nuance. WHAT DO YOU THINK?
BudiPradono. Satu lagi arsitek asal tanah air yang karyanya patut diacungi jempol ialah Budi Pradono, melalui bangunan “Bamboo Tampah”, ia sukses dikenal hingga dunia internasional. Selain bangunan Dancing Mountain House, bangunan Casablancka Residence juga pernah masuk dalam daftar nominasi ArchDaily’s Building of The Year 2018. Han
ï»żA cultura house surgiu primeiramente com a mĂșsica house. No inĂ­cio dos anos 80 quando os DJ’s de Chicago Estados Unidos começaram a mixar mĂșsicas da Disco em programas de bateria eletrĂŽnica. Uma danceteria chamada Warehouse onde surgiram esses DJ’s deu origem ao nome do estilo de mĂșsica. No final dos anos 80 as pessoas começaram a se mover de uma maneira diferente ao som daquela batida. Esse movimento corporal ficou conhecido como Jacking. Os Clubs de Chicago e Nova Iorque desenvolveram essa cultura. A dança House nĂŁo teve apenas um criador, pois foi de certa forma uma dança coletiva. PorĂ©m hĂĄ nomes muito importantes que deram uma grande contribuição para esse estilo como Brian Green e Space Capitol. CaracterĂ­sticas do House Dance Jacking a origem da dança house estĂĄ nesse passo, pois marca o ritmo e dĂĄ a essĂȘncia dessa dança. Os passos sĂŁo executados no Up Tempo contra tempo, dentro da batida tĂ­pica do house e sempre usa o HiHat chimbal como guia rĂ­tmico. O House tem uma grande influĂȘncia da Salsa e do Tap sapateado americano. Nos anos 90 muitos movimentos de chĂŁo foram introduzidos e uma grande influĂȘncia da Capoeira estĂĄ presente hoje em dia nesse estilo de dança. Obs Todo conteĂșdo foi retirado de sites e estĂŁo sujeitos a correçÔes.
Sebutsaja Dancing Mountain House karya Budi Pradono. Desain rumah dengan bahan dasar bambu ini berhasil menyabet penghargaan internasional pada tahun 2016. Oiya untuk Anda yang butuh jasa arsitek murah mulai dari
Inspired by childhood memories of openness and space sharing, the house-and-library was commissioned by a couple of retired lecturers to share their book collection with the community. It maximises the use of locally available materials bamboo, clay, stone, bricks, including some from abandoned houses. Built by local people using indigenous knowledge, particularly of bamboo structural systems and stonework, it echoes both the area’s traditional building forms and those of the surrounding mountains. Skylights allow daylighting, and a glass façade with openable elements gives views to the garden and tropical forest outside from all public areas - library, kitchen, lounge, dining room, family room. These form a free-flowing space, with only the bedrooms remaining enclosed behind. Water is heated via solar Aga Khan Trust for Culture BudiPradono. Arsitek dan kurator yang telah mendunia ini memiliki konsep arsitektur anti kemapanan. Melalui karyanya “Dancing Mountain House” Budi Pradono sukses menyabet penghargaan sebagai proyek residensial terbaik di seluruh benua Asia dalam Arcasia Architecture Award (AAA) 2016. Tidak heran jika rumah karya arsitek handal akan mengagumkan dengan hasil yang penuh perhitungan. Tentu saja, rumah yang dirancang oleh para arsitek akan berbeda dengan rumah yang dirancang oleh orang rumahan. Rumah yang dirancang tersebut tidak serta merta menghasilkan bentuk sebuah rumah, namun lebih dari itu. Seperti halnya konsep yang jelas, desain rumah yang luar biasa serta tampilan rumah yang memukau. Desain rumah yang ditangani oleh para arsitek tentu tidak akan sia-sia. Hal ini terbukti dari banyaknya rumah hasil rancangan arsitek handal yang sangat menarik perhatian banyak orang. Tentu, rumah yang dirancang oleh para arsitek akan sedikitnya dijadikan sebagai inspirasi bagi banyak orang, terutama calon pemilik rumah. Seperti salah satu rumah rancangan aristek terkenal dimana beliau telah merancang desain rumah yang berbeda dari yang lain. Rumah ini dikenal dengan sebutan P House atau Dancing Moutain House. Untuk lebih mengetahui bagaimana hasil rancangan rumah tersebut? Yuk kita simak penjelasan kami di bawah ini! Dancing Mountain House atau yang sering disebut dengan P House ini yakni karya Budi Pradono Architects BPA. Beliau telah berhasil mendapatkan penghargaan sebagai proyek residensial terbaik seantero Asia dalam Arcasia Architecture Awards AAA tahun 2016. Perlu Anda ketahui bahwa Arcasia yakni sebuah Dewan Arsitek Regional Asia yang dibentuk oleh 19 organisasi arsitek se-Asia. Untuk institusi ini, Indonesia tentunya diwakili oleh Ikatan Arsitektur Indonesia IAI yang juga sebagai anggotanya. Rumah dengan konsep rumah yang luar biasa ini dirancang dengan menyisipkan rumah dengan perpustakaan untuk berbagi pengetahuan kepada penduduk setempat. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Dancing Mountain House ini berasal dari rumah-rumah tua dengan memaksimalkan penggunaan bahan-bahan lokal yang tersedia di daerah sekitarnya seperti bambu, tanah liat, batu, dan batu bata. Rumah ini juga dibangun oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi. Yang membedakan P House dengan rumah lainnya dimana P House ini menggunakan teknologi asli yang digunakan oleh masyarakat yang ahli dalam sistem struktur bambu dan juga kerajinan batu lokal. Proyek ini setidaknya bertujuan untuk menonjolkan rumah-rumah Desa Jaw. Dimana dengan menambahkan bentuk pegunungan di beberapa ruang sebagai sebuah interpretasi pegunungan di sekitarnya. Atap di dalam rumah ini dibuat terbuka yang sekaligus berfungsi sebagai cahaya langit guna mendapatkan cahaya alami sebanyak mungkin ke dalam rumah tersebut. Secara umum, material bahan yang digunakan untuk membuat rumah ini yakni dari bambu sebagai bahan struktur utama yang mudah ditemukan di sekitar proyek bangunan rumah tersebut. Jika dilihat dari desain rumah tersebut, maka Dancing Mountain House atau P House termasuk ke dalam jenis rumah unik. Ingin tahu seperti apa keunikan dari P House ini? Yuk kita simak dibawah ini! Dancing Mountain House Sebagai Rumah Bertajuk Tradisional Dancing Mountain House yang dirancang oleh Budi Pradono ini memang lebih mengedepankan sisi tradisional. Dapat dilihat di lingkungan tersebut tentunya hampir semua pohon besar yang ada di lingkungan tersebut dipertahankan. Hal ini untuk menonjolkan rumah tersebut bertajuk alam. Di tengah taman tersebut dapat Anda temukan sebuah pohon pule’. Pohon ini diketahui menjadi salah satu pohon yang digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tidak heran jika pohon yang satu ini sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Dancing Mountain House Dibuat Untuk Perpustakaan Terbuka Pemilik rumah P House yang dirancang oleh Budi Pradono ini merupakan seorang pensiunan dosen yang ingin berbagi koleksi buku ekonomi dan sains kepada masyarakat sekitar. Mereka menghargai struktur bambu yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat saat ini. Pada awalnya rumah ini dibuat sebagai sebuah hunian untuk anaknya, akan tetapi karena tinggal diluar kota, maka dibuatkan rumah ini sebagai sebuah perpustakaan kolektif untuk berbagi ilmu. Perpustakaan atau ruang belajar dibuat dengan geometri lain yakni bentuk oval yang berdiri terpisah sebagai paviliun. Diharapkan dengan adanya bangunan ini, maka masyarakat sekitar dapat memanfaatkan keberadaan buku-buku di perpustakaan dengan sebaik-baiknya. Dikarenakan pada awalnya akan digunakan sebagai sebuah hunian, maka ruang tidur dioperasikan secara mandiri dan tetap tertutup. Sedangkan untuk semua area publik benar-benar terbuka dan menghadap ke arah taman dan juga hutan tropis di depannya. Dancing Mountain House Dirancang Dengan Konsep Rumah Pedesaan Karena proyek ini berada di daerah terpencil pinggiran kota kecil, proyek ini menggunakan sinar matahari sebagai cahaya alami di siang hari dan menggunakan pemanas air matahari untuk mandi. Saat musim hujan, maka air hujan dikumpulkan yang akan digunakan selama musim kemarau. Sedangkan untuk depan rumah tersebut menghadap sebuah taman sehingga memungkinkan dalam jumlah paling banyak mendapati cahaya. Karakter proyek ini menunjukkan interpretasi kontemporer tentang bentuk rumah desa sederhana. Karakter struktur bambu dominan tentu cukup signifikan. Penggunaan bambu sebagai bahan atap tentu sebagai bahan material yang baru dan dibangun disana. Sedangkan dari kejauhan bangunan-bangunan tersebut tampak seperti rumah-rumah di pedesaan. Lokasi dan Kondisi Dancing Mountain House Dancing Moutain House atau P House ini terletak di ketinggian 2000 m di atas permukaan laut dan terletak di punggung Gunung Merbabu yang dikelilingi oleh beberapa gunung lain seperti Gunung Merapi dan Gunung Telomoyo. Daerah ini cukup dingin dengan suhu rata-rata sekitar 17-22 ° C. Secara konseptual proyek ini mencoba untuk menonjolkan kenangan masa kecil keluarga dengan keterbukaan dengan berbagi ruang. Kamar mandi utama adalah ruang sosial di mana masih bisa berinteraksi dengan ruangan lainnya Sedangkan ruangan lain dihubungkan oleh ruangan inti seperti dapur, lounge, pantry, ruang makan dan ruang keluarga sehingga semuanya benar-benar terbuka. Secara teknis, proyek ini memberikan contoh penggunaan bambu dengan menggunakan teknik lama dan juga teknologi baru untuk masyarakat sekitarnya. Dari sudut pandang ekonomi dan sosial, proyek ini dibangun dengan menonjolkan aspek ekonomi dan juga budaya di daerah sekitarnya. Dancing Mountain House Dibuat Dengan Material Alami Kesederhanaan dari rumah ini tentunya merupakan tema kedua yang ditonjolkan oleh proyek ini. Material bahan yang digunakan untuk membangun rumah ini yakni seperti batu bata, bambu, dan batu dengan cara lain. Pintu-pintu yang digunakan di setiap ruangan adalah pintu daur ulang dari rumah tua, tentu hal ini sebuah strategi penggunaan bahan daur ulang. Bahan – bahan yang digunakan diantaranya ‱ Infill bata merah dan batu ‱ Fasad batu, bata, kaca ‱ Lantai beton ekspos, pecahan bambu kamar tidur dan batu andesit kamar mandi ‱ Langit – langit pecahan bambu dan kertas insulasi ‱ Lainnya profil baja dan kaca Demikianlah beberapa keunikan dari Dancing Mountain House atau P House yang ternyata wajib untuk Anda ketahui. Semoga bermanfaat!
ContentiousCottage - Sherwood Forest, Maryland - This project is located in a century-old community established as a summer retreat. Original cottages, averaging only 750 SF, were designed in the picturesque Adirondack rustic style employing green, horizontal siding, rustic locust post porches, railings and architectural ornament – all prescribed by design covenant.
HomeSitesAuthoritiesCollectionsHomeSitesAuthoritiesCollectionsSearch
Indonesianstudio Budi Pradono Architects designed the house for a retired couple and their extended family in Salatiga, a small city on the island of Java. The home, which the architects called Dancing Mountain House, features five steep-pitched bamboo roofs topped with skylights, designed to reference the peaks of the surrounding landscape.
This home for two retired lecturers in the Indonesian city of Salatiga was made with numerous funnels on its roof to echo the area’s mountainous topography .Indonesian studio Budi Pradono Architects designed the bamboo house for a retired couple and their extended loved ones in Salatiga, a tiny city on the island of Java. The house, which the architects named Dancing Mountain Property, functions five steep-pitched bamboo roofs topped with skylights, made to reference the peaks of the surrounding landscape.“The property is at an altitude of two,000 metres above sea degree on the ridge of Mount Merbabu, and is surrounded by many other mountains,” explained the architects. “We additional the form of mountains over some spaces as an interpretation of the surrounding spot, and also to deliver in as much natural light as attainable.”At the back of the property, a zigzagging roof was also extra to suggest a cluster of village homes joined story Dezeen’s best ten bamboo architecture projects“The project seeks to interpret Javanese houses in multiplication – from a distance, it seems like the homes in the surrounding villages,” explained the architects, whose other tasks include a curved concrete house and a tilting glass residence, the two of which feature trees growing the property has an open-plan split-degree residing space that follows the slope of the website. 4 bedrooms behind this every single have their personal living area has a glazed wall that reaches nearly 4 metres substantial, giving views out to an adjacent forest. This panel comprises a patchwork-fashion arrangement of black-framed windows, some of which pivot open to supply normal with the steep-pitched bamboo roofs, the bedrooms have an internal height of six metres and also feature tall sections of glazing, with pivoting doors to entry en-suite communal washroom with a curved brick wall was extra behind the kitchen to provide a more sociable bathing room in which the owners, their young children and their grandchildren can wash and still really feel connected to the living location.“The primary bathroom is designed as a social spot, the place individuals can nevertheless interact with other individuals in diverse regions of the house,” stated the architects. “Conceptually, this project is striving to carry back childhood memories of the household, with open, shared spaces.”In the backyard, an oval-shaped pavilion houses a library that can be utilized by the local community.“The homeowners are retired lecturers, and they wished to share their collection of economics and science books,” explained the architects. “It has also become a sharing room for younger creatives in the region, to support bring them to the subsequent stage of their careers.”The home was built above a period of two many years by a crew of novices from the neighborhood community, utilizing readily obtainable resources such as bamboo for the frame, roof and bedroom flooring, and stone and bricks for the walls.“The owners had an appreciation of bamboo structures which had begun to be abandoned in the neighborhood,” mentioned the architects. “This task utilizes the indigenous, minimal-tech methods of the local community, and their skills in bamboo structural techniques and stone development.”British architects Invisible Studio took a related technique when developing a workshop near Bath last yr, managing a crew who had never built prior to to construct the constructing with timber from the surrounding forest.“From a social level of view, Dancing Mountain House is not developed by the expert contractor, but by the regional local community, so as to give financial and cultural rewards to the location,” extra the rainwater harvesting program was installed to retailer water from the wet season for use in the course of the drier months, and a solar water heater was additional to provide scorching water for the showers.“Practically all present large trees on the web site have been also stored, and a pule tree was planted in the centre of the garden,” explained the architects, who claim the new addition can be utilised to heal various conditions and so give an additional advantage for the surrounding is by Fernando creditsVenture architect Budi PradonoArchitectural assistants Stephanie Monieca, Arief MubaraqArchitectural assistant support Damicia Tangyong, Monica Selvinia, Indrawan SuwantoModel maker DaryantoInterior layout Budi Pradono Architects Exploded diagram Idea diagram Ground floor strategy Roof strategy Sections Dezeen
Nawyspie Jawa, w maƂym miasteczku Salatiga, indonezyjskie studio projektowe Budi Pradono stworzyƂo dom, który skƂada się z wielu bambusowych kominów usytuowanych na dachu budynku. Architekci nazywają go "Dancing Mountain House", bo znajduje się na wysokoƛci 2000 metrów nad poziomem morza, na grzbiecie góry Merbabu. TaB65Nr.
  • 6dbznssm3a.pages.dev/305
  • 6dbznssm3a.pages.dev/73
  • 6dbznssm3a.pages.dev/207
  • 6dbznssm3a.pages.dev/103
  • 6dbznssm3a.pages.dev/227
  • 6dbznssm3a.pages.dev/12
  • 6dbznssm3a.pages.dev/59
  • 6dbznssm3a.pages.dev/145
  • 6dbznssm3a.pages.dev/364
  • dancing mountain house budi pradono